Selasa, 27 Mei 2014

Bukan Yesus yang Disalibkan? Benarkan Yesus Digantikan Orang Lain di Atas Salib?

Bukan Yesus yang Disalibkan?
Benarkan Yesus Digantikan Orang Lain di Atas Salib?

            Peristiwa penyaliban Yesus adalah peristiwa besar sepanjang sejarah di dunia.  Peristiwa itu penting karena telah dinubuatkan oleh para Nabi dalam Perjanjian Lama, dan kemudian digenapi di dalam Perjanjian Baru.  Penyaliban Yesus penting, bukan bagi orang Kristen, tetapi bagi seluruh dunia, setiap orang menembus batas suku, ras, bahasa dan apa pun.

            Akan tetapi, kemudian menjadi perdebatan yang tak pernah berakhir hingga saat ini, ketika ada pihak atau golongan tertentu yang menyangkali kebenaran penyaliban.  Sebenarnya, persoalan ini sangat klasik.  Pembelotan terhadap kebenaran penyaliban Yesus dimulai oleh prajurit pengawal kubur saat itu.  Matius 28:11-15, adalah fakta pembelotan terhadap kebangkitan Yesus.  Merupakan isu yang disebarkan di tengah-tengah masyarakat luas, karena kepentingan kelompok dan golongan tertentu saat itu, dan sekarang isu itu telah diwarisi.  Itu hal tentang penyangkalan terhadap kebangkitan Yesus.

            Hal penyangkalan dengan penyaliban Yesus pun terjadi.  Ada sumber yang dipakai untuk menyatakan bahwa bukan Yesus yang disalib.  Pihak tertentu mengungkap berupa “bukti” dari Al-Qur’an Surat 4 An Nisaa ayat 157. 
dan karena ucapan mereka : Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka (orang kafir) tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi ( yang mereka / orang kafir bunuh ialah ) orang yang di serupakan dengan ‘Isa bagi mereka (orang kafir). Sesungguhnya orang-orang yang berselisi paham tentang ( pembunuhan ) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka (orang kafirtidak mempunyai keyakinantentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka (orang kafir) tidak ( pula ) yakin bahwa yang mereka(orang kafir) bunuh itu adalah ‘Isa.”

Sepintas lalu mendengar/membaca ayat ini kedengaran artinya bahwa ayat itu memberi bukti bahwa bukan Isa yang disalibkan melainkan orang serupa dia.  Inilah kesalahan dalam memahami sumber ini.  Sesungguhnya ayat ini, bukan sedang memberi bukti bahwa bukan Isa yang disalibkan. 

            Perkara ini adalah bahwa ada kelompok orang yang sejak awal menentang Isa Al Masih, Isa Putra Maryam, dan mereka menyampaikan bahwa mereka telah membunuh Isa Al Masih, padahal tidak.  Orang yang mereka bunuh adalah orang yang diserupakan dengan Isa.  Kemudian timbullah keraguan sendiri di antara mereka, karena yang mereka bunuh adalah bukan Isa, tetapi yang serupa dengan dia.  Dan pada akhirnya timbulllah keraguan di antara kelompok orang. 

            Dengan meneliti ayat ini secara seksama, dan menjauhkan pikiran dari prasangka; jelas ayat ini tidak sedang berbicara tentang penyaliban Yesus; melainkan suatu perdebatan di antara orang minoritas dan mayoritas; yang pro dan kontra.  Kelompok orang kontra menyampaikan sebuah pernyataan, demi menguatkan keberadaan mereka; bahwa mereka berhasil membunuh Isa, padahal mereka tidak melakukannya, melainkan orang yang serupa dengan dia.  Kebenaran penyaliban sama sekali tidak memiliki keterkaitan dalam ayat ini.  Bahkan ayat ini sama sekali tidak memberi referensi bahwa Yesus disalib atau pun tidak.  Karena ayat ini adalah ayat tentang perdebatan. 

            Jadi, kemudian apakah kesimpulannya? Benarkah Yesus disalibkan, dan Yesus kah yang disalibkan.  Ya, Yesuslah yang disalibkan, dan penyalibanNya adalah benar.  Sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama oleh pada Nabi, dan digenapi demi rencana Agung Tuhan dinyatakan bagi dunia.  Taurat, Kitab Para Nabi, Zabur (Mazmur) dan Injil merupakan sumber yang saling mendukung, dan tak satupun mengurangi kebenaran antara satu dengan yang lain tentang Nubuatan Penyaliban Yesus dan Penggenpannya.  Puji kepada Tuhan, karena Ia mempercayakan kepada kita kebenaranNya dan keselamatan kekal bagi kita, dan bagi dunia ini, bukan hanya untuk orang Kristen, seluruh umat manusia.


Senin, 26 Mei 2014

Pertanggungjawaban Iman

“APOLOGETIKA”

                Apologetik” (apologia) artinya adalah pembelaan/ pertanggungjawaban atas iman/keyakinan yang kita percayai.  Jadi, berapologetik adalah memberi pertanggungjawaban kepada orang lain yang meragukan/mempertanyakan keyakinan yang kita percayai.

                Apologetik sudah ada sejak jaman Alkitab, secara khusus sebelum dan sesudah para rasul, saat banyak orang-orang mulai menyerang pengajaran kekristenan; dari orang-orang yang tidak percaya, dan juga dari pihak-pihak yang mencoba merubuhkan fondasi iman orang percaya yang semakin hari semakin banyak jumlahnya.  Dalam Kolose 4:6, Paulus mendorong jemaat di Kolose untuk hidup dalam kasih dan mampu memberi jawab kepada setiap orang tentang iman mereka di dalam Kristus Yesus. 

                Berapologetik  berbeda dengan perdebatan.  Paulus sangat menegus keras orang untuk berdebat, karena itu hanya menimbulkan keributan dan juga hal itu pun sia-sia.  Kolose 2:2, 8; adalah peringatan Paulus agar orang percaya tidak terjebak dengan “kata-kata indah”, sesuatu yang terlihat sebagai kebenaran / “filsafat”  tetapi tidak benar menurut Kristus.   Jadi tolak ukur dari semua kebenaran adalah Kristus, yaitu “Injil”  .  Dan  lagi ukurannya adalah “Hukum Kasih”.  Karena penggenapan seluruh hukum Taurat adalah kasih.  Jadi jika ada orang berdebat menimbulkan keributan, sakit hati, kebencian, perpecahan dan akhirnya menghilangkan “KASIH” kepada sesama dan kepada Kristus, maka kita perlu menjauhi hal itu.

                Akan tetapi berkaitan dengan pertanggungjawaban iman, kita patut menjelaskan sebaik-baiknya iman yang kita percaya kepada orang lain.  Bagaimana caranya; tidak lain adalah membaca Firman Tuhan, memahaminya secara utuh di dalam akal dan pikiran melalui tuntunan Roh Kudus dan menterjemahkannya di dalam perilaku setiap hari.  Jadi saat ada orang mempertanyakan kepercayaan kita, mereka tidak hanya dipuaskan dengan dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan hidup kita.

                Lalu bagaimana saat orang yang kita beri pertanggungjawaban tidak bisa menerima dan menolak?  Hal itu adalah wajar dan kita tidak perlu kecewa, putus asa dan merasa tidak berhasil.  Bagi orang yang dipanggil Tuhan, maka IA memberi Roh Kudus untuk membuat orang itu mengerti, saat itu juga atau secara perlahan (Yohanes 15:16), bagi yang tidak mau terima, sampai mulut berbuih bahkan sampai mati pun orang itu tidak akan bisa menerimanya, karena dia tidak dikaruniakan Roh Kudus untuk percaya sebab orang demikian bukanlah orang yang ditentukan/dipilih untuk menerima hidup kekal (Matius 10:14).   Namun demikian, kita tidak boleh menghakimi mereka atas ketidakpercayaan itu, hanya perlu berdoa saja agar Tuhan mengasihani mereka.

                Ketika berdialog dengan orang lain, sebaiknya kita persiapkan diri secara rohani di dalam pimpinan Roh Kudus, agar kemudian jangan juga  menjadi terpengaruh dengan berbagai-bagai tuduhan terhadap keyakinan kita di dalam Kristus.  Beranilah menyampaikan kebenaran itu dengan tegas.

Tiga aspek dari Apologetik:

1. Pembuktian: menyampaikan sebuah dasar rasional bagi iman kepercayaan yang sebenarnya menghadapi ketidakpercayaan baik dalam diri orang percaya sendiri maupun orang tidak percaya.
2. Pembelaan: menjawab keberatan dari ketidakpercayaan.
3. Penyerangan: menyerang kebodohan dari ketidakpercayaan. Tuhan tidak hanya memanggil umat-Nya untuk menjawab keberatan tapi juga ofensif terhadap kebodohan keberdosaan manusia.                                           (_BG)


Selasa, 06 Mei 2014

Ketetapan Kedaulatan TUHAN dan Pilihan Manusia

 KETETAPAN KEDAULATAN TUHAN  DAN
PILIHAN MANUSIA (1 Samuel 14-15)

            Beberapa hari dalam minggu lalu kita membaca kitab 1 Samuel.  Pasal 8, bangsa Israel menginginkan seorang raja, ingin sama seperti bangsa-bangsa di sekitarnya; dan mereka menolak Tuhan yang memimpin mereka secara langsung.  Samuel pun mendengar desakan mereka, dan Tuhan menetapkan Saul menjadi raja atas bangsa itu (Ps. 9-10).

            Seiring dengan berjalan waktu, Saul menjadi pemimpin hebat, mengalahkan ribuan musuh.  Akan tetapi, kemudian Saul menjadi lupa diri; seorang dari Suku Benyamin yang kecil telah menjadi orang besar, kemudian lupa akan dirinya dan menjadi tinggi hati, mulai dari ketidaktaatan dan ketidakhormatannya terhadap Firman Tuhan.  Apa yang terjadi kemudian, Tuhan menolak Saul; Samuel pun berduka karenanya.  Samuel, seorang berhati bapa menyayangkan ketidaktaan seorang raja yang dulu ia urapi, namun ia tidak bisa menolak ketetapan Tuhan.   Dengan kedaulatannya Tuhan telah menetapkan Saul menjadi raja, dan dengan kedaulatannya, oleh karena ketidaktaatan Saul pun ditolak oleh Allah dan kemudian berkenan kepada Daud, seorang kecil dari padang penggembalaan, yang tak terhitung dalam penilaian manusia dipilih menggantikan raja pilihan manusia.

            Belajar dari Saul; merefleksikan proses demokrasi yang sudah dilaksanakan beberapa waktu ini, seseorang dipilih dan menjadi terpilih mungkin saja karena kehendak massa, akan tetapi tidak seorang pun bisa mengubah kedaulatan Tuhan.  Tuhan mengijinkan suatu bangsa menetapkan pemimpin atas mereka, Tuhan mungkin saja mengijinkan, tetapi ketika itu bukan atas perkenaan Tuhan, kelak Tuhan pun akan bertindak.  Tetapi ketika Tuhan yang berkehendak, maka Dialah yang tetap mengokohkan Daud dalam pemerintahannya.  Ketika Daud jatuh, Tuhan masih berkenan memulihkannya.

            Mari terus mendoakan yang terbaik bagi bangsa dan negara tercinta, dan Kabupaten Sintang yang di dalamnya kita berada.   Tuhan berkenan memberkati kota dan mengokohkan negeri yang dimana anak-anakNya hidup dalam ketetapan dan dalam kebenaran FirmanNya.  Pilihan kita tak selamanya adalah yang dikenan TUHAN, meski hal itu terwujud dalam banyak perjuangan dan kerja keras.  Itulah sebabnya, dalam memilih suatu "pilihan" dalam hidup hendaknya kita memilih sesuai kehendak Tuhan.

Minggu, 04 Mei 2014

"Christ for all, All for Christ”

    "Christ for all,  All for Christ” (AB. Simpson)

A.B.-Simpson
“Kristus untuk semua, semua untuk Kristus”.  Kalimat itu adalah kalimat seorang hamba Tuhan yang telah dipakai Tuhan dengan kuasa yang hebat dan luar biasa mengabarkan Injil ke seluruh dunia.  ABSimpson adalah pendiri Gereja Kemah Injil di seluruh dunia, yang saat ini telah ada di 86 Negara.  Dan salah satunya adalah Gereja Kemah Injil Indonesia, yang merupakan karya Kristus melalui RA. Jaffray yang diutus oleh AB. Simpson berdasarkan penglihatan yang Tuhan berikan kepadanya.
AB. Simpson telah kembali kepada BAPA, RA. Jaffray juga sudah kembali kepada BAPA, tetapi apa yang telah mereka lakukan senantiasa tinggal tetap dan kekal dalam ingatan setiap generasi ke generasi.  Hidup mereka yang satu kali sungguh telah memberi dampak kekekalan bagi seluruh dunia.
Hal yang pernah diungkapkan Jim Elliot, seorang misionari muda ke suku Auca, India. “Hanya ada satu kehidupan yang akan segera berlalu, tetapi apa yang dilakukan bagi Kristus akan bertahan sampai kekal”
Jim Elliot bersama dengan 4 rekannya yang berusia antara 26-30 tahun, meninggalkan istri dan anak-anak mereka pergi beritakan Injil ke Suku Auca, suku pembantai.  Sungguh tragis, mereka disambut tombak yang membunuh mereka semua.  Mereka masih muda, pergi mengantar nyawa, bahkan sebelum sepatah kata Injil mereka sampaikan. Ironi itu kini telah berganti dengan sukacita di Suku Auca, bangsa pembunuh itu, bahkan pembunuh kelima anak muda itu telah menerima Kristus, ribuan orang Suku Auca saat ini telah terima Yesus. Istri dan anak-anak dari kelima pemuda yang dibunuh itu justru yang kemudian meneruskan usaha pemberitaan Injil itu di tengah Suku Auca.
Hidup kelima misionari itu sangat singkat, belum melihat anak mereka tumbuh remaja, pemuda dan dewasa.  Tetapi hidup yang sangat amat singkat itu telah menorehkan sejarah yang dikenang hingga kekekalan.  Hidup mereka telah memberikan dampak kekekalan kepada Suku Auca, suku pembunuh itu sehingga mereka menjadi pengikut Yesus.
Bagaimana dengan kita kaum muda GKII Imaneul saat ini.  Adakah kita juga mau mengatakan, hidup yang satu kali ini saya gunakan bagi Kristus. Sebagai seorang muda, kita memiliki banyak kesempatan untuk melakukan hal-hal yang berdampak bagi keluarga, gereja, masyarakat kita.  Mulailah saat ini dengan berkomitmen untuk hidup takut akan Tuhan, belajar kebenaran Tuhan, dan berjalan dalam rencana-Nya.
Hiduplah bukan sekedar hidup, tetapi menghidupi hidup dengan sungguh-sungguh di dalam kehidupan Kristus.  Masa muda pun begitu singkat, tetapi dalam waktu singkat itu kita bisa berbuat hal yang memuliakan Kristus dan berdampak bagi kota kita, bagi gereja kita, bahkan bagi generasi kita.
Melalui talenta, bakat dan karunia yang Tuhan beri kita lakukan pekerjaan-pekerjaan yang memuliakanNya.
DSC_0668



Rabu, 30 April 2014

Doa Semalam Suntuk Pemuda "IYC" GKII Imanuel Sintang

Doa Semalam Suntuk Pemuda "IYC" GKII Imanuel Sintang

Gerakan Doa yang selama ini digaungkan melalui Gerakan 5 Taat GKII Imanuel Sintang, yang salah satu Taat di dalamnya adalah Taat Berdoa telah mendorong semangat doa pemuda/i GKII Imanuel Sintang yang dikenal dengan "Imanuel Youth Community" (IYC-Sintang).  Sebagai generasi penerus gereja dan masa depan bangsa, pemuda/ IYC mengambil tekat untuk ambil bagian dalam Gerakan Doa, sebagai bagian dari disipilin kehidupan rohani yang dikenan oleh Tuhan.

Pada akhir bulan, tanggal 30 Maret 2014, pemuda/i IYC mengadakan doa semalam suntuk di gereja.
Walaupun kegiatan ini baru pertama kali dilaksanakan di kalangan pemuda/i IYC, namun antuasias dan partisipasi pemuda/i untuk mengikutinya sangat luar biasa.  

Sepanjang kegiatan tersebut dilaksanakan, tak seorangpun 'gagal' mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga berakhirnya acara tersebut.  Doa Semalam Suntuk itu dibuka dengan renungan oleh bapak Gembala Sidang, Pdt. Kadarusno, M.Th.  Memberikan motivasi kepada pemuda/i bahwa doa adalah nadi kehidupan, bukan sekedar kegiatan tetapi memang sudah seharusnya begitu kehidupan orang percaya; hidup dalam doa; mendoakan suku-suku bangsa, mendoakan gereja, hamba-hamba Tuhan, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.  

Acara Doa Semalam Suntuk malam 30 Maret 2014 juga diselingi dengan menonton film "Upside" yang sungguh menginspirasi.  Kemudian dengan "devotion" yang dibawakan oleh kakak-kakak pembina pemuda.  Hadir malam hari itu pembina pemuda, Ichwandi R., Murvi, Ev. Herinuel dan Ev. Bebali Gea, sebagai gembala pemuda.

Hal yang luar biasa dirasakan oleh pemuda/i IYC melalui kegiatan malam itu.  Di penghujung kegiatan, pada waktu subuh, ada ruang kesaksian.  Beberapa orang menyaksikan betapa kegiatan malam itu memberkati mereka, menggugah hati untuk terus melayani Tuhan.  

"Doa, adalah nafas kehidupan orang percaya; cara kita berbicara kepada TUHAN, cara kita mengenal hati dan kehendakNya.  Pekerjaan Tuhan adalah menjawab doa.  Doa adalah nadi kehidupan orang percaya - syafaat adalah cara kita menjangkau mereka yang tak terjangkau.  Generasi yang berdoa adalah generasi yang bersiap melihat karya Tuhan bagi generasi dan masa depannya."









Senin, 14 April 2014

Arti Salib

Arti Salib
(Matius 27:45-56)
Oleh: Pdt. Kadarusno, M.Th

Pendahuluan
Salib adalah lambang yang dipakai oleh Allah dari  Sorga untuk menyatakan kasih-Nya kepada manusia yang bedosa yang perlu mendapatkan kasih dari Allah.  Tak pernah ada lambang lain yang begitu agung dan mulia dan bermakna tinggi kecuali makna Salib Yesus Kristus.

Paskah itu adalah penggenapan dari kitab PL, dalam bahasa Ibrani Paskah ditulis "pesah" artinya lewat atau lalu.  Malaikat maut yang melewati atau melalui rumah-rumah orang Israel yang diberi tanda darah di palang pintu rumah orang Israel. Kemudian dalam PB setiap orang yang percaya kepada Darah Anak Allah yang Mahatinggi diselamatkan.

Apakah Arti Salib
1. Salib  Menciptakan Perdamaian (45-50)
             Pada prinsipnya bahwa manusia adalah musuh Allah, penyebabnya adalah dosa. Dosa yang menyebabkan manusia musuh Allah. Dosa menjadikan manusia sahabat iblis. karena itu bagaiamanakah kita dapat berdamai dengan Allah? Saliblah tempat perdamaian itu.  Yesus Kristus menjadi satu-satunya Jurudamai yang sejati yang memungkinkan manusia dapat menghadap Allah melalui salib Yesus Kristus manusia berdamai dengan Allah.

2. Salib Menciptakan Persekutuan dengan Allah (51)
               Keberadaan tabir Allah, menggambarkan ketidaklayakan manusia menghampiri Allah. Allah yang Suci, manusia berdosa.  Kemudian Salib Yesus menciptakan persekutuan antara manusia yang berdosa dengan Allah yang suci.  Manusia kemudian dapat bersekutu dengan Allah, berhubungan langsung tanpa harus melalui para Imam dan Nabi dalam PL.

3. Salib Menciptakan Kesejahteraan (55-56)
    Salib tempat pemulihan, Salib tempat kelegaan bagi semua yang merindukan kelepasan.

SELAMAT PASKAH TAHUN 2014
   

Jumat, 04 April 2014

Ketika Tuhan Melihat Hati - Refleksi Menjelang Pemilu 9 April 2014

Ketika TUHAN Melihat HATI


(I Samuel 16:7)


            Bangsa Israel sedang mengalami Krisis kepemimpinan, saat Saul tidak lagi dikenan, TUHAN menyuruh Nabi Samuel untuk pergi mengurapi raja baru bagi Israel dari anak-anak Isai.

            Ketika Itu satu per satu anak-anak Isai yang gagah perkasa berdiri di hadapan Samuel.  Secara kasat mata, Samuel tertarik kepada Eliab yang berbadan tegap, gagah dan perkasa.  Akan tetapi, Tuhan mengingatkan Samuel bahwa bukan itu yang Tuhan akan urapi.  

            Ke tujuh anak Isai sudah berlalu dari hadapan Samuel, tak ada satu pun yang direkomendasikan untuk diurapi.  Kemudian Daud yang sedang menggembalakan dipanggil dari padang penggembalaan; ketika berdiri di hadapan Samuel, maka TUHAN memberitahukan Samuel bahwa Daudlah yang IA urapi dan angkat menjadi raja bagi Israel.  Secara penampilan, Daud tidak meyakinkan, bahkan pekerjaan sehari-hari jauh dari hal tentang memimpin.  Namun, Tuhan telah menetapkan Daud; IA mempersiapkannya di padang rumput, kesabaran, keuletan, ketangkasan, kepekaan, dalam memelihara domba-dombanya, bahkan dari sana pun ia bergaul dengan Tuhan.

            Tanggal 9 April 2014 adalah momentum bagi kita untuk menentukan pilihan siapa akan duduk di kursi dewan.  Sebagaimana Tuhan menghendaki “hati” seharusnya demikian kita peka kepada siapa Tuhan berkenan.  Salah satu pertanggungjawaban iman Kristen kita adalah memilih dengan hati nurani yang murni dan bersih berdasarkan kepekaan kepada kehendak Tuhan tentang siapa yang Tuhan kenan. 

            Ketika memilih berdasarkan kepekaan kepada kehendak Tuhan, niscaya kita memilih orang yang Tuhan kenan dan kehendaki, dan kelak orang tersebut bekerja dengan takut akan Tuhan, penuh rasa tanggungjawab, dan tentu menjaga kepercayaan Tuhan dan juga masyarakat.

Menguji Pelayanan Kita

Bagaimana Menguji/Menilai Pelayanan Kita (i)

(1 Kor. 4:1-5)

               

Ada 4 macam jenis budak yang dikenal dalam Perjanjian Baru;  Oikodetes, pelayan di rumah (hamba), Diakonos (pelayan/pegawai dapat gaji), Doulos (budak yg diperjualbelikan) dan terakhir adalah  Huperetes (budak paling rendah yg tidak punya hak sepanjang kehidupannya; bergantung penuh kepada tuan dan majikannya).  Paulus menyebutkan dirinya sebagai HUPERETES,  yang tidak lagi punya hak bagi dirinya sendiri, sedangkan budak jenis ke satu, dua dan tiga masih memiliki hak bagi diri mereka.  Bagaimana dengan kita, masihkah kita melayani Tuhan dan menempatkan diri sebagai orang yang pantas untuk sebuah hak, penghormatan?

Jika dalam melayani Tuhan ada pikiran untuk menerima penghormatan, penghargaan, dan pamrih, maka ketika itu pula seseorang bukan hamba yang sudah menyerahkan hidupnya sepenuhnya bagi Kristus, motivasi pelayanan sudah menjadi tercela.  Dalam melayani Tuhan hendaklah setiap orang percaya melihat dirinya sebagai “Hupertes”, dengan jalan demikian sesungguhnya kita memberi dampak bagi dunia.

Masihkah mampu mempertahankan rahasia Allah. 

Rahasia Allah adalah tentang salib Kristus.   Adakah pada zaman ini kita masih konsisten terhadap berita Salib, mengharapkan berita salib bahkan terus menggemakan berita ini.  Terkadang terlihat bosan dan terkesan sesuatu “kebodohan” membicarakan salib Kristus terus menerus.  Namun sesungguhnya “Salib Kristus” adalah rahasia “misterion/misteri” Allah yang terbesar bagi dunia, dan masih banyak menjadi hal “terselubung” bagi banyak orang.  Masihkah kita memelihara Salib Kristus dalam kehidupan kita?  
          


Menguji Kesetiaan Dalam Pelayanan

Ay. 2 "Dapat dipercayai, memiliki kesetiaan" (Faithfull) dalam pengertian dari asal katanya adalah suatu sikap yang aktif, bukan hanya kepasrahan tetapi memiliki keaktifan yang bertanggungjawab.