“APOLOGETIKA”
“Apologetik” (apologia) artinya adalah pembelaan/
pertanggungjawaban atas iman/keyakinan yang kita percayai. Jadi, berapologetik adalah memberi
pertanggungjawaban kepada orang lain yang meragukan/mempertanyakan keyakinan
yang kita percayai.
Apologetik sudah ada sejak jaman
Alkitab, secara khusus sebelum dan sesudah para rasul, saat banyak orang-orang
mulai menyerang pengajaran kekristenan; dari orang-orang yang tidak percaya,
dan juga dari pihak-pihak yang mencoba merubuhkan fondasi iman orang percaya
yang semakin hari semakin banyak jumlahnya.
Dalam Kolose 4:6, Paulus mendorong jemaat di Kolose untuk hidup dalam
kasih dan mampu memberi jawab kepada setiap orang tentang iman mereka di dalam
Kristus Yesus.
Berapologetik berbeda dengan perdebatan. Paulus sangat menegus keras orang untuk
berdebat, karena itu hanya menimbulkan keributan dan juga hal itu pun sia-sia. Kolose 2:2, 8; adalah peringatan Paulus agar
orang percaya tidak terjebak dengan “kata-kata indah”, sesuatu yang terlihat
sebagai kebenaran / “filsafat” tetapi
tidak benar menurut Kristus. Jadi tolak
ukur dari semua kebenaran adalah Kristus, yaitu “Injil” .
Dan lagi ukurannya adalah “Hukum
Kasih”. Karena penggenapan seluruh hukum
Taurat adalah kasih. Jadi jika ada orang
berdebat menimbulkan keributan, sakit hati, kebencian, perpecahan dan akhirnya
menghilangkan “KASIH” kepada sesama dan kepada Kristus, maka kita perlu
menjauhi hal itu.
Akan tetapi berkaitan dengan
pertanggungjawaban iman, kita patut menjelaskan sebaik-baiknya iman yang kita
percaya kepada orang lain. Bagaimana caranya; tidak lain adalah membaca Firman Tuhan, memahaminya secara utuh di dalam
akal dan pikiran melalui tuntunan Roh Kudus dan menterjemahkannya di dalam
perilaku setiap hari. Jadi saat ada
orang mempertanyakan kepercayaan kita, mereka tidak hanya dipuaskan dengan
dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan hidup kita.
Lalu bagaimana saat orang yang
kita beri pertanggungjawaban tidak bisa menerima dan menolak? Hal itu adalah wajar dan kita tidak perlu kecewa, putus asa dan merasa tidak
berhasil. Bagi orang yang dipanggil
Tuhan, maka IA memberi Roh Kudus untuk membuat orang itu mengerti, saat itu
juga atau secara perlahan (Yohanes 15:16), bagi yang tidak mau terima, sampai
mulut berbuih bahkan sampai mati pun orang itu tidak akan bisa menerimanya,
karena dia tidak dikaruniakan Roh Kudus untuk percaya sebab orang demikian
bukanlah orang yang ditentukan/dipilih untuk menerima hidup kekal (Matius
10:14). Namun demikian, kita tidak
boleh menghakimi mereka atas ketidakpercayaan itu, hanya perlu berdoa saja agar
Tuhan mengasihani mereka.
Ketika berdialog dengan orang
lain, sebaiknya kita persiapkan diri secara rohani di dalam pimpinan Roh Kudus,
agar kemudian jangan juga menjadi
terpengaruh dengan berbagai-bagai tuduhan terhadap keyakinan kita di dalam
Kristus. Beranilah menyampaikan
kebenaran itu dengan tegas.
Tiga
aspek dari Apologetik:
1. Pembuktian:
menyampaikan sebuah dasar rasional bagi iman kepercayaan yang sebenarnya
menghadapi ketidakpercayaan baik dalam diri orang percaya sendiri maupun orang
tidak percaya.
2. Pembelaan:
menjawab keberatan dari ketidakpercayaan.
3. Penyerangan:
menyerang kebodohan dari ketidakpercayaan. Tuhan tidak hanya memanggil umat-Nya
untuk menjawab keberatan tapi juga ofensif terhadap kebodohan keberdosaan
manusia. (_BG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar