Senin, 26 Mei 2014

Pertanggungjawaban Iman

“APOLOGETIKA”

                Apologetik” (apologia) artinya adalah pembelaan/ pertanggungjawaban atas iman/keyakinan yang kita percayai.  Jadi, berapologetik adalah memberi pertanggungjawaban kepada orang lain yang meragukan/mempertanyakan keyakinan yang kita percayai.

                Apologetik sudah ada sejak jaman Alkitab, secara khusus sebelum dan sesudah para rasul, saat banyak orang-orang mulai menyerang pengajaran kekristenan; dari orang-orang yang tidak percaya, dan juga dari pihak-pihak yang mencoba merubuhkan fondasi iman orang percaya yang semakin hari semakin banyak jumlahnya.  Dalam Kolose 4:6, Paulus mendorong jemaat di Kolose untuk hidup dalam kasih dan mampu memberi jawab kepada setiap orang tentang iman mereka di dalam Kristus Yesus. 

                Berapologetik  berbeda dengan perdebatan.  Paulus sangat menegus keras orang untuk berdebat, karena itu hanya menimbulkan keributan dan juga hal itu pun sia-sia.  Kolose 2:2, 8; adalah peringatan Paulus agar orang percaya tidak terjebak dengan “kata-kata indah”, sesuatu yang terlihat sebagai kebenaran / “filsafat”  tetapi tidak benar menurut Kristus.   Jadi tolak ukur dari semua kebenaran adalah Kristus, yaitu “Injil”  .  Dan  lagi ukurannya adalah “Hukum Kasih”.  Karena penggenapan seluruh hukum Taurat adalah kasih.  Jadi jika ada orang berdebat menimbulkan keributan, sakit hati, kebencian, perpecahan dan akhirnya menghilangkan “KASIH” kepada sesama dan kepada Kristus, maka kita perlu menjauhi hal itu.

                Akan tetapi berkaitan dengan pertanggungjawaban iman, kita patut menjelaskan sebaik-baiknya iman yang kita percaya kepada orang lain.  Bagaimana caranya; tidak lain adalah membaca Firman Tuhan, memahaminya secara utuh di dalam akal dan pikiran melalui tuntunan Roh Kudus dan menterjemahkannya di dalam perilaku setiap hari.  Jadi saat ada orang mempertanyakan kepercayaan kita, mereka tidak hanya dipuaskan dengan dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan hidup kita.

                Lalu bagaimana saat orang yang kita beri pertanggungjawaban tidak bisa menerima dan menolak?  Hal itu adalah wajar dan kita tidak perlu kecewa, putus asa dan merasa tidak berhasil.  Bagi orang yang dipanggil Tuhan, maka IA memberi Roh Kudus untuk membuat orang itu mengerti, saat itu juga atau secara perlahan (Yohanes 15:16), bagi yang tidak mau terima, sampai mulut berbuih bahkan sampai mati pun orang itu tidak akan bisa menerimanya, karena dia tidak dikaruniakan Roh Kudus untuk percaya sebab orang demikian bukanlah orang yang ditentukan/dipilih untuk menerima hidup kekal (Matius 10:14).   Namun demikian, kita tidak boleh menghakimi mereka atas ketidakpercayaan itu, hanya perlu berdoa saja agar Tuhan mengasihani mereka.

                Ketika berdialog dengan orang lain, sebaiknya kita persiapkan diri secara rohani di dalam pimpinan Roh Kudus, agar kemudian jangan juga  menjadi terpengaruh dengan berbagai-bagai tuduhan terhadap keyakinan kita di dalam Kristus.  Beranilah menyampaikan kebenaran itu dengan tegas.

Tiga aspek dari Apologetik:

1. Pembuktian: menyampaikan sebuah dasar rasional bagi iman kepercayaan yang sebenarnya menghadapi ketidakpercayaan baik dalam diri orang percaya sendiri maupun orang tidak percaya.
2. Pembelaan: menjawab keberatan dari ketidakpercayaan.
3. Penyerangan: menyerang kebodohan dari ketidakpercayaan. Tuhan tidak hanya memanggil umat-Nya untuk menjawab keberatan tapi juga ofensif terhadap kebodohan keberdosaan manusia.                                           (_BG)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar