Selasa, 15 September 2015

Mencinta Hingga Terluka

MENCINTA HINGGA  TERLUKA


Suatu hari, Bunda Teresa berkeliling dari gang ke gang di
kampung-kampung Calcutta.

”Bunda Teresa!” , teriak seorang pengemis
yang sambil menggesotkan kakinya mendekat pada Bunda Teresa.

”Ini untukmu. Aku ingin memberikannya padamu,” kata pengemis itu sambil memberikan semangkuk uang receh rupee hasil jerih payahnya mengemis hari itu. Mother Teresa menolak halus dan berkata,”Mengapa, Bu? Bukankah ini untuk makan ibu hari ini?”

Pengemis itu memandang Bunda Teresa dengan mata berkaca-kaca. Dia memang belum makan dari pagi. Teresa memperhatikan baju yang lusuh dan kulit berbalut tulang yang berlutut di depannya. Bunda Teresa mendekat.

”Tapi, Bunda”, bujuk pengemis itu, ” ada yang jauh lebih menderita dri pada aku. Terimalah, Bunda. Berikan uang ini kepadanya.”, kata si pengemis itu penuh harap.

Bunda Teresa tidak berani menolak. ”Baik, baik. Aku terima. Terimakasih”, ucap Bunda Teresa, menepuk bahu pengemis itu, tanda menghargai jerih payahnya.

Satu pesan dia tangkap dari hadiah sang pengemis itu. Betapa ia memberikan hartanya dengan segala cinta demi membahagiakan orang lain. Inilah mencintai sampai terluka. Pengemis itu tidak mengindahkan keringat, keletihan dan luka goresan di jalanan berdebu dan panas, yang dialaminya hari itu. Ia memberikan dengan cintanya.

Memberikan dengan cinta juga di lakukan Yesus. Ia tidak menghiraukan harga diri-Nya demi kita manusia. Semua dilakukan-Nya dengan taat, demi rencana Allah untuk keselamatan manusia yang masih berdosa ini. Relasi dengan kisah di atas adalah : kadangkala kita pun harus mengalami hal yang meyesakkan hati, luka jiwa dan beban yang semestinya tidak kita tanggung: perlakuan semena-mena dari pasangan, membesarkan anak pecandu narkoba, mendampingi suami yang penjudi, menjadi guru seorang anak yang berjiwa pemberontak, dan sebagainya. Namun, tetaplah bertahan jika memang kita harus melalui jalan demikian
.

Cinta bukanlah sekedar harapan atau cita– cita dalam diri kita.  Cinta adalah keterampilan.  Cinta sejati adalah cinta yang dihidupi dan dimiliki lewat berbagai ujian.  Cinta sejati justru diuji lewat peristiwa dan orang, yang menaburkan hal-hal yang bertentangan dengan cinta itu sendiri. 
Cinta itu sabar, cinta itu memaafkan, cinta itu tangguh, cinta itu keras, cinta itu berkorban dan cinta itu memulihkan. 

Dalam mencinta yang penting bukanlah sekedar hasil, tetapi prosesnya.  Tuhan membentuk jiwa kita melalui setiap luka  jiwa kita.  Jika Anda terluka, bukanlah masalah sebesar apa luka itu, melainkan seberapa besar cinta yang ada untuk menjalani luka itu.  Kalau cinta kecil, maka masalah kecil sekalipun akan menjadi masalah besar.  Tetapi jika berjiwa besar, memiliki cinta yang tak terukur, maka akan menjadi lebih kuat menerima dan melewati luka yang diterima dari orang lain.

Jika mencoba memahami, terluka itu indah.  Hari ini anda terluka, esok atau lusa anda akan tersenyum karena luka setelah sembuh akan menjadikanmu lebih siap menghadapi luka baru, meski anda tidak mengharapkan itu terjadi.

Mencinta hingga terluka adalah cinta yang membuat sejarah.   Cinta yang berkorban akan terus dikenang oleh yang menerimanya, menjadi cerita dari satu generasi kepada generasi seterusnya.   Seperti seorang wanita , Maria yang mengorbankan minyak wangi berharga, di dalam kitab Matius.


Seperti Apakah cinta yang Anda taburkan saat ini?

Disadur dari buku : MENCINTA HINGGA TERLUKA (Julianto Simanjuntak)