Jumat, 17 April 2015

Selalu Arahkan Pandangan Pada Kristus

SELALU ARAHKAN PANDANGAN PADA KRISTUS

Seorang petobat baru setelah beberapa bulan dibaptis merasa kekecewaan luar biasa kepada Penginjil yang sudah membawanya kepada pengenalan akan Kristus.  Ia menghadapi dilema dalam dirinya karena Penginjil tersebut telah memberitahukannya kebenaran di dalam Kristus yang memberikan ketenangan jiwa baginya saat ini, namun di lain sisi ia merasa kecewa karena Penginjil ini tidak memenuhi janji untuk mengunjunginya di akhir pekan.  Bahkan ketika petobat baru tersebut menanyakan alasan justru ia mendapatkan jawaban bahwa seorang Kristen tidak harus selalu dikunjungi oleh seorang Penginjil, tetapi patut bagi dirinya untuk belajar dewasa dan mandiri.  Jelas bahwa kata-kata Penginjil itu membuatnya sedikit terkejut, namun ia menyadari bahwa mungkin saja itu benar, tetapi kalimat Penginjil itu sedikit mendatangkan kekecewaan bagi dirinya.

Seusai ibadah PA di pertengahan minggu, petobat baru bertanya kepada Penginjil yang memberikan pelajaran PA di kelompok petobat baru.  Kesempatan yang tepat bagi petobat baru tersebut bertanya,  “Pak, apakah kekecewaan terhadap orang yang kita anggap sebagai pengayom, yang diandalkan, yang dikagumi, yang kita merasa dekat, namun pada akhirnya melukai hati kita itu dibenarkan?  Dengan sedikit tertegun Penginjil itu menjawab: “Ibu, kekecewaan itu sesungguhnya tidaklah dibenarkan, sebab Firman Tuhan sudah mengingatkan dalam  Yeremia 17:5, bahwa terkutuk orang yang mengandalkan manusia, tetapi diberkati orang yang mengandalkan Tuhan.  Jadi, kekecewaan kepada sesama manusia, bahkan kepada orang yang begitu Ibu kagumi selama ini tidak dibenarkan.  Karena kekecewaan itu adalah akibat dari terlalu mengandalkan manusia”

Pelajaran yang sangat berharga bagi setiap orang Kristen adalah bahwa bersandar dan menjadikan Tuhan sebagai sandaran utama, serta memandang hanya kepada Kristus merupakan prinsip dan tuntunan untuk dapat menghindari perasaan-perasaan kecewa yang mendalam.  Kekecewaan adalah hal yang manusiawi, tetapi ketika itu terjadi saat menggantungkan pengharapan kepada manusia, maka orang percaya patut mengoreksi diri dan kembali mengarahkan imannya kepada Tuhan. 

Dalam dunia yang semakin banyak tantangan ini, setiap orang percaya harus dengan sungguh-sungguh belajar berpegang teguh dan manaruh iman harapanya kepada Kristus yang adalah penguasa tunggal atas kehidupan manusia.  Dunia ini semakin hari semakin mengalami krisis; krisis akan kasih, krisis moral, krisis keteladanan, krisis dalam segala hal; adalah mungkin bagi orang-orang percaya kehilangan pegangan dan fokus pandangan hidup.   Firman Tuhan sudah lebih dulu menyatakannya bagi kita, bahwa menjelang akhir zaman, orang-orang semakin kurang kasih, kurang peduli kepada orang lain,  individualisme dan egosentris manusia semakin buruk sehingga menciptakan situasi yang penuh dengan kompetisi, dan di saat itu orang-orang lemah merasa kehilangan tempat berharap dan bersandar.  Akan tetapi, Firman Tuhanlah yang menjadi pegangan yang abadi, Kristuslah fokus kita yang sejati; di saat kita memiliki keduanya, maka, meski dunia ini menuju kebinasaannya, orang percaya ada dalam pengharapan sejati, yaitu di dalam Kristus, yang telah menyelematkan dan memberi jamaninan sejati bagi milik kepunyaanNya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar