Minggu, 24 Maret 2013

“Menyuarakan Suara Kebenaran”


“Menyuarakan Suara Kebenaran”




             Minggu ini, seluruh umat percaya kepada Yesus memasuki minggu paskah.  Merupakan anugerah yang tak ternilai ketika Yesus rela mati bagi kita manusia berdosa.  Kerinduan dan hati BAPA adalah menyelamatkan manusia dari dosa.  Itulah sebabnya, Yesus menanggung penderitaan dan kematian, demi keselamatan umat-Nya.

             Yesus tidak pernah tawar menawar ketika menghadapi salib.  Sebabnya adalah  tidak ada jalan lain untuk selamatkan dunia, selain dari jalan salib; karena begitu hebatnya dan ngerinya kuasa maut yang diakibatkan oleh dosa.  Tak satupun manusia dapat menanggungnya.

Adalah menjadi perenungan bagi setiap kita, Yesus dengan rela hati lakukan pengorbanan yang besar demi kebaikan kita.  Yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa sadarkah kita akan pentingnya pengorbanan Yesus tersebut?

Adakah di moment-moment menjelang minggu paskah ini, justru kita merasa sudah terlalu baik untuk tidak lagi mendengar peringatan-peringatan tentang dosa, teguran, nasihat, dorongan untuk berubah.  Adakah kita merasa sudah terlalu “sehat”?
Tidak jarang para hamba Tuhan mengalami dilema ketika harus menegur dosa, dan memperingatkan umat percaya tentang dosa.  Kita harus akui dan jujur ada kalanya terlalu sukar untuk dengan berani menegur dosa.  Terlebih terlalu sukar untuk bisa dengan rela hati menerima pemberitaan Firman Tuhan yang menegur dosa.  Mudah tersinggung, curiga dan prasangka terhadap pemberitaan Firman Tuhan sesungguhnya suatu tanda bahwa seseorang bukan dan belum sungguh-sungguh mengerti terlebih memahami arti pertobatan dan pemulihan.

Dalam keluarga sering sukar untuk menegur anak, suami menasihati istri, dan sebaliknya.  Ada pihak yang merasa teraniaya ketika harus menyuarakan suara kebenaran.  Namun, harus dipahami justru itulah kenyataan tipuan Iblis, menanamkan dalam hati kita untuk terus curiga terhadap kebenaran.  Stop!! Jangan lagi diteruskan.

Mari kita meneladani Kristus yang telah rela mati di kayu salib yang hina demi keselamatan kita yang amat, sungguh dan sangat hina ini.  Kerelaan-Nya menjalani “kehinaan dosa” adalah wujud kasih-Nya yang mau mengakui kita sebagai milik-Nya meskipun kita ini berdosa.  Demikian halnya, ketika kita dengan rela hati menerima suara kebenaran Firman Tuhan, adalah wujud nyata kasih kita kepada-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar